Hi, guest | Welcome to blog AW 7 | Register | Sign in
Advertise | Contact | About | Live Music | Donation | Sitemap

KELAHIRAN SEBUAH KEHIDUPAN ADALAH KONTROVERSI. HIDUP TANPA KONTROVERSI ADALAH SEMU

۩AW 7۩

::::SAYA HANYA MANUSIA BIASA, BUKANLAH DEWA, YANG HANYA INGIN BERBAGI ILMU YANG SAYA PUNYA SEADANYA::::

Kamis, 29 September 2011

PERJALANAN PANJANG ARI LASSO "(Gk Kaya Vokalis Sekarang)" Bagian 2

oleh Wendi Putranto



 Sampai akhirnya Anda dipecat dari Dewa19?



Itu hanya pernyataan di luar saja, karena gue tidak memberikan bantahan. Yang benar gue cabut tapi pamit. Ketika itu gue sudah sangat bermasalah. Salah satunya karena gue nggak datang ketika tur manggung di Lampung tahun 1997. GOR Saburai dipenuhi sekitar 7.500 orang saat itu dan gue nggak datang. Gue waktu itu malah di Jakarta “belanja”. Ini tur pertama Dewa19 di 24 kota di Indonesia. Ketika masuk session Sumatera, saat itu gue belum ada “bekal”. Gue pikir pesawat dari Jakarta ke Lampung itu ada setiap saat, ternyata pesawat terakhirnya jam tiga sore. Gue janjian sama BD (Bandar - Red) di Bandara Halim Perdanakusuma jam lima sore. Ketika gue santai makai putaw, BD gue nanya, “Ri, nanti kan mainnya siang.” Gue jawab, “Tenang, bos, tenang. Santai saja, pesawat terakhir masih ada.” Saat gue tahu nggak ada lagi pesawat ke Lampung, gue cuma bisa bilang, “Mampus gue.” Akhirnya satu session Sumatera itu gue nggak disapa sama sekali oleh anak-anak Dewa. Pulang dari tur gue langsung disapa Dhani, “Ri, kalau kamu begini terus kamu bisa dikeluarin dari Dewa.” Gue jawab, “Oh ya? Ya sudah, gue minta break deh.” Setelah itu Dewa vakum enam bulan, Dhani kemudian membentuk Ahmad Band.



Anda kan resmi mundurnya tahun 1999, kok sampai begitu lama?
Karena Dewa vakum manggung. Dhani bikin Ahmad Band dan kami lagi persiapan album Bintang Lima. Gue akhirnya nggak sanggup bereskan. Padahal yang sudah gue take vocal itu enam lagu. “Roman Picisan,” “Cinta Adalah Misteri,” “Lagu Cinta,” “Persembahan Dari Surga,” “Hidup Adalah Perjoeangan” dan “Elang”.



Bagaimana proses terakhir Anda keluar dari Dewa19?



Dhani suatu ketika bilang sama gue, “Ri, bagaimana kalo album Dewa yang baru ini ada dua penyanyi. Kamu dan Once.” Gue jawab, “Once? Once siapa?” Dhani bilang, “Ini lho kamu dengerin.” Gue jawab, “Oh, bagus banget nih suaranya, Dhan. Sudahlah, Once saja yang jadi vokalisnya.” Dhani tetap bersikeras, “Lho, jangan, harus dua vokalis.” Setelah itu gue menghilang ke Surabaya. Benar-benar menghilang. Saat itu titik terparah gue dengan drugs karena sudah mulai kena shabu-shabu. Jadi tidak disiplin, ngaco dan gampang marah.



Tapi bukannya shabu-shabu doping juga?



Ya, doping tapi parnonya (paranoid-Red) itu nggak kuat. Gue merasa semua orang musuhin gue. Putaw gue pake dari tahun 1993 sampe 1996 nggak pernah ada masalah. Konser di Lampung yang gue nggak datang itu gara-gara shabu. Berat badan gue sekarang 61 kg, berat badan ideal 56 kg, saat-saat terakhir gue di Dewa, berat badan gue Cuma 48 kg.



Masih ingat konser terakhir dengan Dewa19 sebelum cabut?



Kalau nggak salah tahun 1998 atau tahun 1999. Di Yogyakarta untuk acara Gita Fitri RCTI, sehabis itu gue menghilang. Saat itu drummernya Bimo, Aksan sudah dipecat. Dia memang benar dipecat. Kalau gue nggak ada yang berani mecat, siapa penggantinya?



Kenapa bisa beredar statement Anda dipecat ya?



Dhani mencari statement yang paling aman. Itu kan dikembangkan saja. Bahkan detik terakhir kemarin Dhani diwawancara teve, ia bilang, “Jangankan Once mau bersolo karir, wong Ari Lasso mengundurkan diri saja saya nggak bisa menghalangi kok.” Jadi album itu (Bintang Lima – Red) rencananya awalnya bakal pakai dua vokalis. Gue lima lagu dan Once lima lagu atau gue tujuh lagu dan Once tiga lagu. Emosional juga gue sebenarnya, padahal saat itu gue lagi bangkrut total.



Drugs membawa kebangkrutan bagi Anda?



Total. Habis semua. Habis bukannya gue jual, kalau dijual kan dapat duit. Ini tiba-tiba semua hilang begitu saja. Nggak jelas. Nggak meneruskan cicilan, nggak diurus, kemudian hilang begitu saja. Mobil juga ditarik lagi oleh leasing-nya. Gue kalau lagi mabuk soul banget. Mungkin orang makai drugs asal sehat, asal bisa beraktivitas, kalau gue, pasti gue cari sampai benar-benar dalam kenikmatannya. Kalau gue lagi nyuntik pasti selalu nggak puas, selalu pingin tambah. Sampai benar-benar teler. Makanya Dhani selalu ngomong kalau Ari ini setiap mabuk pasti soul banget, dedikasi total.



Bagaimana hidup Anda setelah keluar dari Dewa19?



Ketika parah-parahnya makai drugs, gue nggak bisa makan saking bangkrutnya. Kalau bepergian kemana-mana gue naik angkot. Makan di warteg gue ngutang. Walau banyak teman gue nggak pernah mau ngerepotin mereka. Elu bisa tanya sama Dewa, Aquarius Musikindo, dengan semuanya deh, apakah pernah tercatat selama itu gue punya masalah utang, ngemplang, nggak ada. Gengsi gue terlalu gede.



Setelah bangkrut total Ari Lasso lantas memutuskan untuk pulang ke Surabaya pada bulan November 1998. Kehidupan ibukota saat itu baginya sangatlah tidak sehat. Tak lama setelah itu Ari memutuskan untuk menikah, “Pacar gue hamil enam bulan,” ujarnya tentang Vitta Dessy Catur Purnama yang kini menjadi istrinya. Ia berharap dengan menikah ia dapat menemukan jalan keluar dari segala permasalahan yang menghimpitnya. “Gue menikah Februari 1999, anak pertama gue lahir Maret 1999. Legend nggak tuh?” ujarnya seraya tertawa. Menurutnya, biaya perkawinan mereka saat itu hanya menelan biaya dua juta rupiah saja, “Pinjaman dari bokap. Tapi sudah gue bayar ya,” ujarnya. Perkawinan pun dilakukan di gereja tanpa resepsi besar-besaran. Lasso menegaskan bahwa ia tidak ingin merepotkan siapapun termasuk keluarganya sendiri, namun ia mengakui setelah menikah masih menumpang di rumah orang tuanya, bahkan untuk makan dan minum sehari-hari. “Tapi gue juga ada sisa royalti dari Dewa yang tetap jalan. Per tiga bulan gue selalu dapat kiriman.”



Walau telah menikah Ari Lasso ternyata tidak kapok menggunakan drugs. Ia tetap menjalin persahabatan dengan medium teler tersebut padahal kondisi keuangan keluarga kecilnya masih terseok-seok. Ketika istrinya hendak melahirkan anak pertamanya ia mendapat telepon dari label rekamannya di Jakarta. Lasso diminta berduet dengan Melly Goeslaw di lagu “Jika” untuk album debut solo vokalis Potret tersebut. “Ketika lagu itu meledak, otomatis menuntut gue untuk pindah ke Jakarta lagi, di situlah gue terjun bebas lagi. Pertama coba-coba dan akhirnya keterusan,” keluhnya.



Suksesnya lagu “Jika” ternyata memberi harapan cerah bagi masa depan karir musik Ari Lasso selanjutnya. “Ternyata orang masih cinta sama Ari Lasso, bukan hanya cinta sama Dewa,” nada bicaranya optimis kembali. “Imej gue saat itu orang yang dibuang, orang yang dikalahkan, dizhalimi, kalau kata artis-artis jaman sekarang. Jadi semua orang support gue, Bebi Romeo, Piyu Padi, pencipta-pencipta lagu lain juga men-support gue,” katanya. Ia melihat semua orang yang mendukungnya itu karena ia tidak pernah bermasalah sama sekali dengan siapapun, khususnya masalah keuangan. Kebetulan kabar mengenai musisi yang terjerat drugs dan kemudian berhutang besar memang lagi marak-maraknya saat itu.



Menjelang akhir tahun 2000, Ari Lasso terpaksa pulang ke Surabaya, ibunya yang menderita penyakit kanker dikabarkan telah koma selama sembilan hari. Ketika nafas ibunya sudah tersengal-sengal, ia dipanggil menghadap. “Gue teriak di telinganya, ‘Ya, Ma. Ini Ari. Mama kalau sudah mau berangkat, berangkatlah. Ari setelah ini berjanji akan sembuh. Mama nggak usah mikirin Ari lagi, kami semua sudah ikhlas. Kakak-kakak bisa menjaga Ari. Sudahlah Mama berangkat saja,” ceritanya dengan mimik sedih. Tidak sampai setengah jam, sekitar lima belas menit kemudian ibunya pun meninggal dunia. Momentum kedua ini ternyata cukup menjadi alasan kuat bagi dirinya untuk berhenti total menggunakan narkotika. “Keluarga sudah capai ngurus gue, sementara keluarga gue bukan keluarga yang berlebihan untuk melimpahkan uang begitu saja demi perawatan gue.”



Tak lama setelah kematian ibunya, Ari Lasso memutuskan untuk kembali ke Jakarta dengan meminjam uang bapaknya. “Gue beli tiket bis Pahala Kencana untuk gue, istri, anak dan baby sitter, setelah itu beli putaw untuk persiapan di bus,” katanya polos. Kondisi bus sepi karena kebetulan momennya bertepatan dengan malam takbiran. Saat itu di kantong Lasso hanya tersisa putaw sedikit dan uang dua puluh lima ribu rupiah yang ia persiapkan untuk naik taksi dari Terminal Lebak Bulus ke rumah saudara istrinya yang berada di Pondok Aren.



Memasuki waktu subuh, bus berhenti di kawasan Cikampek untuk sarapan dan beristirahat. Lasso sekeluarga mengaku tidak bisa ikut makan karena memang tidak punya uang lagi. Sementara untuk anaknya sudah dipersiapkan bekal bubur oleh keluarganya sebelum berangkat ke Jakarta. Ketika semua penumpang tengah makan, ada satu orang yang mengenali Lasso dan bertanya kenapa ia tidak makan. Lasso berkilah, “Kalau sarapan pagi perut saya suka mulas, pak.” Akhirnya saat itu Lasso cuma minum teh tawar dan pergi ke dapur untuk minta gula buat teh itu. Mungkin maksudnya teh manis gratis. “Bayangkan, lima album Dewa meledak. Album The Best Of malah laku sampai 750.000 keping dan “Jika” laku 700.000 keping juga tapi setengah tahun setelah meledak kondisi gue malah seperti itu, tragis, nggak?” ungkap Lasso lirih.



Tiba di Jakarta Lasso langsung menghadap ke label rekaman yang selama ini setia menaunginya, Aquarius Musikindo. Ia mempertanyakan kepada mereka untuk memberikan kesempatan satu kali lagi bagi dirinya. Ia kebetulan masih memiliki hutang untuk menyelesaikan master rekaman album solo pertamanya yang terbengkalai sejak tahun 1998. “Gue itu nggak pernah mengambil uang advance rekaman,” tutur Lasso, “gue hanya ambil seperlunya saja untuk biaya rekaman atau ongkos transportasi. Paling kasbon lima ratus ribu rupiah untuk anak-istri gue, itu pun masih dibelah lagi untuk beli putaw.”



Bosnya di Aquarius Musikindo, Suwardi Widjaja, bilang jika dirinya sebenarnya masih memiliki uang sekitar delapan puluh juta rupiah lagi. Namun uang tersebut tidak mungkin diberikan kepadanya karena dianggap makin menghancurkan hidup Lasso. “Akhirnya gue bilang kalau gue pingin banget sembuh, karena ibu sudah meninggal. Gue pingin rehab untuk yang terakhir kalinya,” ujar Ari yang sebelumnya telah menjalani 12 kali rehabilitasi atas ketergantungan pada narkotika. Ia berjuang keras untuk keluar dari kesengsaraan, ia ingin hidup enak, ingin tinggal di apartemen. Pihak label kemudian mengabulkan permintaan ini namun dengan catatan harus ada orang yang bisa dipercaya untuk mengawasi gerak-gerik Ari Lasso. Aquarius kemudian menunjuk Irza Rivai dari Jakarta Artist Management (JAM) untuk menjadi manajernya. Lasso bercerita bahwa Irza yang juga mantan “bajingan” ini lantas menyanggupi untuk menyembuhkan Ari Lasso. “Orang masih melihat intan di balik lumpur ini, gue masih bisa dijual dan nilai jual gue masih gede banget,” tukas Lasso mantap.



Hanya sehari setelah menuntaskan rehab untuk terakhir kalinya, awal Mei 2001 Ari Lasso dan keluarga pindah ke Apartemen Rasuna di Jakarta. Lasso dengan jelas mengingat tanggal 30 April 2001 sebagai hari terakhirnya menggunakan heroin dan sampai kini ia mengaku belum pernah menyentuh drugs lagi. “Gue commit, mudah-mudahan, Insya Allah atau apapunlah namanya, sampai gue mati nggak akan menyentuh drugs lagi. Ia kali ini benar-benar memulai lembaran hidupnya yang sama sekali baru. “Gaya dong, sehabis melarat, miskin. Punya fully furnished apartment dan gue memilih apartemen yang menghadap ke pool,” kali ini ia berkata dengan sedikit norak tapi bahagia.



Dari Desember 2000 hingga April 2001 selama dimanajeri Irza Rivai, Lasso mulai berkonser lagi dari café ke cafe masih membawakan lagu-lagu Dewa. Lasso sempat show menjadi artis pembukanya Gigi.
Ketika Aquarius Musikindo merilis album debutnya Sendiri Dulu di pertengahan 2001, saat itu sebenarnya tujuan Lasso hanya untuk menyambung hidup keluarganya. “Gue butuh duit untuk menghidupi anak-istri gue. Gue butuh manggung,” kenang Lasso. Ia sendiri mengaku tidak banyak terlibat di album solonya ini. “Pak Iin yang menjadi produsernya. Beliau memanggil Bongky dan Andi Rianto, sementara gue tinggal menyanyi saja,” komentarnya tentang proses produksi album tersebut. Awalnya Lasso hanya menargetkan enam puluh ribu keping saja bagi album tersebut, “Karena impasnya cuma lima puluh ribu kopi.” Pihak label sempat berkata kalau Lasso terlalu pesimis sementara ia sendiri sebenarnya hanya berusaha untuk tahu diri. “Ketika gue merilis album itu semua media massa meliput seakan merayakan kembalinya sang anak hilang,” kenangnya. Hingga detik ini, menurut Lasso, penjualan album Sendiri Dulu kabarnya telah mencapai 500.000 keping. Sebuah prestasi yang luar biasa bagi seorang debutan tentunya.



Uniknya, setelah Ari Lasso hengkang dari Dewa, band tersebut juga makin berjaya. Album Bintang Lima yang beberapa lagunya sempat diisi vokal oleh Lasso sebelum “dipecat,” penjualannya bahkan mencapai angka 1,8 juta keping. Begitu pula dengan album berikutnya yang rilis tahun 2002, Cintailah Cinta, walau tidak sebagus penjualan album sebelumnya namun tetap laris lebih dari sejuta keping hingga kini.



Ada kemungkinan Anda kembali ke Dewa19?



Tidak terbersit sedikitpun. Bukannya sombong, tapi Dewa itu bagus sekali sekarang dengan Once.



Apa ini karena sukses bersolo karir? Mungkin jika gagal ada pikiran untuk kembali?



Apalagi gagal, gue jelas nggak punya kepercayaan diri untuk menawarkan kembali ke Dewa. Mereka itu punya posisi yang unik. Sebuah band yang sangat besar di Indonesia, ketika ditinggal penyanyinya band ini malah tumbuh lebih besar dan penyanyinya ini juga tumbuh lebih besar dibanding eranya dia di grupnya dulu. Di luar negeri mungkin belum pernah ada kejadian seperti ini. Contoh di Indonesia, ADA band ditinggal Baim, vokalisnya. ADA band besar tapi Baimnya kemana? AB Three, ketika dua personilnya keluar, dua-duanya malah tenggelam. Edane juga begitu. Makanya Dewa itu kejadian unik.



Anda melihat itu semua sebagai keberuntungan, kebetulan atau Misteri Ilahi?



Semua itu has written before. Sudah ada Skenario Agung, meminjam istilahnya Umar Kayam. Gue sendiri sebenarnya orang yang sangat religius tapi bukan orang yang tertib atau tekun beribadah. Gue lebih rajin berdoa dan beribadah ketika masih kena drugs dibanding sekarang. Itu bedanya gue dengan yang lain mungkin. Gue nggak kehilangan Ketuhanan gue saat itu, meskipun pada faktanya perbuatan gue dengan drugs itu sangat dibenci Tuhan.



Sosok Faiz yang sering menempati tempat teratas thanks list semua album Anda terlihat sangat influential, mengapa?



Yang gue dapat dari dia itu spiritual banget. Gue mendapat sebuah persahabatan yang…… Orang yang bisa maki-maki gue itu hanya dia dan lucunya ketika gue tiba-tiba menceritakan sebuah masalah yang berat hanya ditertawakan saja oleh dia. Intinya, he’s my brother, my father, my mentor, my teacher.



Pernah memiliki ketakutan semua ini akan kembali ke titik nol? Bagaimana Anda menyikapinya?



Itu membuat gue sangat berhati-hati dalam bertindak. Gue jarang melakukan hal-hal yang sensasional. Sebagai solis jajaran atas yang setiap saat gerak-geriknya bisa dijadikan berita, gue hindari itu sejauh mungkin dijadikan gosip. Gue tinggalkan ke-superstar-an hanya di panggung dan di industri. Ketika pulang ke rumah ya seperti ini saja. Santai di rumah. Someday, apapun yang terjadi gue tetap santai. Yang hilang cuma materi, bukan Ari Lasso, bukan diri gue yang hilang.



Apa persiapan Anda untuk masa tua nanti?



Investasi gue belum tentu di bidang bisnis. Gue mempersiapkan diri dengan aset sebagai orang yang bisa dipercaya. Gue orang yang commit terhadap apapun yang gue ucapkan. Gue orang yang commit dalam menjalankan sebuah usaha, meskipun belum terikat dengan usaha apapun. Itu yang gue bina. Someday gue datang ke seseorang yang gue ajak sebagai partner usaha, gue yakin berapapun ia pasti akan gelontorkan. Gue bina itu sebagai konduite. Yang mengajak gue bisnis itu, gila, banyak banget. Gue tolak karena memang belum saatnya. Sekarang gue di musik dulu. Lima tahun ke depan gue masih ada di posisi ini akan sangat luar biasa buat gue pribadi.



Cita-cita Anda pasca menjadi rockstar apa?



Gue pingin punya restoran. Kayaknya asik banget di masa tua gue nantinya, restoran sudah besar dan ada di mana-mana, tiba-tiba occasionally gue datang ke restoran dan bernyanyi untuk tamu-tamu gue di sana.

2 komentar: